Pada bulan Mei lalu, jalan poros Mamasa-Tabang terputus akibat terjadinya longsor. Akibat jalur yang terputus ini, membuat sekitar 7.223 warga di daerah tersebut terancam kelaparan karena tidak adanya suplai bahan makanan.
Tabang merupakan desa terluar di Kabupaten Mamasa. Desa ini berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja, Sulsel.
Anggota DPRD Sulbar dari Daerah Pemilihan (Dapil) Mamasa, Sudirman Darius, Kamis (7/7), mengatakan, ia mendapat informasi dari warga Mamasa jika pengerjaan jalanan tersebut berlangsung lambat.
"Bagaimana tidak lambat kalau hanya ada satu alat berat yang disiagakan di daerah itu. Bagaimana caranya mau selesai. Padahal, gubernur pernah mengatakan jika ia akan memerintahkan agar dinas PU (pekerjaan umum) mengerahkan seluruh alat berat yang ada," jelas Sudirman.
Politisi Partai Gerindra ini menambahkan, informasi senada didapatkan dari anggota Komisi III DPRD Mamasa Joni Madika. "Dari anggota DPRD Mamasa Joni Madika juga saya dapatkan jika hanya ada satu escavator yang digunakan di jalanan itu. Sampai sekarang, baru sekitar enam km yang selesai," ujarnya.
Padahal, sebelumnya Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh, mengatakan jika pengerjaan jalan poros Mamasa-Tabang sudah selesai sekitar 29 km, jadi sisa 1 km yang belum dikerjakan.
Saat bencana longsor tersebut baru saja terjadi, Anwar menginstruksikan agar pengerjaan jalanan tersebut diupayakan selesai dalam waktu dua minggu.
"Ternyata nanti dua minggu baru dikerjakan. "Saya berada di situ ketika gubernur mengatakan hal itu. Kepada kepala dinas PU dia memerintahkan agar diselesaikan paling lama dua minggu. Gubernur hanya semangat saja bicara, tapi setelah itu tidak ada kelanjutan," jelas Sudirman.
Ada 35 titik longsor di sepanjang jalan dari Mamasa ke Tabang tersebut. Akibat longsor, sebagian badan jalan hilang dan juga landasan sebuah jembatan hampir lepas. Panjang tiap titik longsor berkisar 25 hingga 35 meter.(rus)
Sumber:http://www.tribun-timur.com
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !