MO -- Seorang balita bernama Sugianto Obama Sambokaraeng, 2, kepalanya hanya sebesar cangkir atau kepalan tangan orang dewasa ditemukan di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Lahir bertepatan pelantikan Presiden, AS Barac Obama
Orang tua balita tersebut Paulus Sambokaraeng dan ibunya Yohana, di Mamasa, Rabu (14/7), mengungkapkan jika mereka sangat heran dengan kondisi anak bungsunya itu karena tinggi badannya hanya 40 centimeter dan beratnya hanya empat kilogram padahal umurnya sudah dua tahun.
"Kepala anak saya mengherankan karena biasanya seorang balita kelainannya adalah kepalanya besar namun ini sebaliknya dialami anak saya kepalanya sangat kecil, berbeda dengan dua anak saya lain semuanya normal," katanya.
Paulus yang memiliki tiga anak tersebut mengatakan warga di kampungnya heran melihat kondisi tubuh anaknya sehingga selama ini kerap menjadi perhatian. "Semua warga Mamasa yang sudah menyaksikan anak saya, heran karena hampir semua tubuhnya serba mini, seperti pergelangan tangan yang menyamai ukuran kotak korek api," katanya.
Ia mengungkapkan, ketika dilahirkan, bidan yang menolong persalinan istrinya sempat menjauh beberapa saat karena sebelumnya tidak pernah melihat bayi yang diperkirakan hanya sebesar botol air mineral.
"Bidan yang menolong istri saya melahirkan sempat menjauh ketakutan ketika melihat bayi yang dilahirkankan istri saya yang sangat kecil," katanya.
Ia tidak mengetahui penyebab kelainan dan pertumbuhan putranya yang sangat berbeda dengan balita pada umumnya, karena saat hamil, istrinya Yohana rutin memeriksakan kandungannya pada petugas kesehatan di Mamasa.
"Petugas kesehatanpun sebelumnya telah mengatakan bayi dalam kandungan istri saya sehat, namun setelah lahir memiliki kelainan," katanya.
Paulus mengaku sejak lahir, dirinya dan istrinya Yohana selalu memberi perhatian terhadap anaknya, yang diberi sisipan nama Obama, karena lahir bertepatan dengan pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barac Obama.
Menurutnya, kondisi anaknya membuat warga Mamasa prihatin karena tumbuh dan berkembang sangat lamban, hingga kini anaknya hanya bisa tergolek, menangis, digendong oleh ibunya. "Anak saya hanya menangis dan digendong serta sama sekali belum bisa bicara," katanya sedih.
Ia berharap kondisi yang dialami anaknya, selayaknya diperiksa secara intensif oleh dokter untuk mengetahui penyebab kelainan yang dialami dan meminta pemerintah memberikan perhatian. "Seharusnya ada perhatian pemerintah kepada anak saya untuk ditangani secara medis, tetapi kami akan sulit membayangkan berapa besar biaya yang diperlukannya," ucapnya. (Ant/OL-2)
Sumber:http://www.mediaindonesia.com
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !