MO -- Penggunaan listrik PLN bagi warga Kabupaten Mamasa dinilai tergolong masih cukup rendah. Kondisi tersebut seakan bertentangan dengan sumber alam yang dimilikinya. Padahal sungai yang menjadi sumber air terbesar PLTA Bakaru Berasal dari daerah tersebut.Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar menyebutkan, jumlah pengguna listrik PLN di Kabupaten Mamasa masih sangat minim.
Umumnya mereka masih menggunakan penerangan pelita atau senter. Jumlahnya mencapai 43 persen dari total jumlah penduduk. Survei BPS Sulbar menunjukkan hanya sekitar 17,76 persen warga yang telah memanfaatkan fasilitas penerangan listrik PLN.
Sumber penerangan listrik lain yang sering digunakan, antara lain, generator. Penggunanya sebanyak 34 persen jumlah penduduk. Kemudian sisanya masih menggunakan petromaks.
Menurut Kabid Statistik Sosial BPS Sulbar, Dadang Hardiwan, pengguna listrik PLN di Kabupaten Mamasa hanya di sepanjang jalan poros Polewali-Mamasa. “Meski telah memiliki bentangan kabel jaringan listrik, namun masih banyak penduduk yang belum bisa memanfaatkan fasilitas PLN.
Masalah ketidakterjangkauan biaya pemasangan menjadi salah satu kendala minimnya pengguna listrik PLN tersebut,” ungkap Dadang di BPS Sulbar, belum lama ini.
Kabupaten Mamuju Utara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah tidak kalah memprihatinkannya. Pendudukan yang belum menggunakan fasilitas listrik PLN tergolong masih banyak. Warga yang telah menggunakan listrik PLN hanya sekitar 8,13 persen.
Warga Mamuju Utara juga umumnya masih menggunakan pelita sebagai penerang kegelapan pada malam hari. Jumlahnya mencapai 41 persen dari jumlah penduduk.
Mayoritas penduduk umumnya menggunakan listrik non PLN sebagai sumber penerangan. Beberapa warga bahkan membuat usaha penerangan lokal menggunakan generator.
Pengguna fasilitas listrik PLN terbesar berada di Kabupaten Majene dengan jumlah pemakai mencapai 79,41 persen disusul penduduk Polewali Mandar (Polman) dengan jumlah pengguna listrik PLN sebanyak 73,25 persen. Kemudian pengguna listrik non PLN, pelita, dan pertromaks hanya sekitar 26 persen dari total jumlah penduduk.(www.fajar.co.id)
Umumnya mereka masih menggunakan penerangan pelita atau senter. Jumlahnya mencapai 43 persen dari total jumlah penduduk. Survei BPS Sulbar menunjukkan hanya sekitar 17,76 persen warga yang telah memanfaatkan fasilitas penerangan listrik PLN.
Sumber penerangan listrik lain yang sering digunakan, antara lain, generator. Penggunanya sebanyak 34 persen jumlah penduduk. Kemudian sisanya masih menggunakan petromaks.
Menurut Kabid Statistik Sosial BPS Sulbar, Dadang Hardiwan, pengguna listrik PLN di Kabupaten Mamasa hanya di sepanjang jalan poros Polewali-Mamasa. “Meski telah memiliki bentangan kabel jaringan listrik, namun masih banyak penduduk yang belum bisa memanfaatkan fasilitas PLN.
Masalah ketidakterjangkauan biaya pemasangan menjadi salah satu kendala minimnya pengguna listrik PLN tersebut,” ungkap Dadang di BPS Sulbar, belum lama ini.
Kabupaten Mamuju Utara yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Tengah tidak kalah memprihatinkannya. Pendudukan yang belum menggunakan fasilitas listrik PLN tergolong masih banyak. Warga yang telah menggunakan listrik PLN hanya sekitar 8,13 persen.
Warga Mamuju Utara juga umumnya masih menggunakan pelita sebagai penerang kegelapan pada malam hari. Jumlahnya mencapai 41 persen dari jumlah penduduk.
Mayoritas penduduk umumnya menggunakan listrik non PLN sebagai sumber penerangan. Beberapa warga bahkan membuat usaha penerangan lokal menggunakan generator.
Pengguna fasilitas listrik PLN terbesar berada di Kabupaten Majene dengan jumlah pemakai mencapai 79,41 persen disusul penduduk Polewali Mandar (Polman) dengan jumlah pengguna listrik PLN sebanyak 73,25 persen. Kemudian pengguna listrik non PLN, pelita, dan pertromaks hanya sekitar 26 persen dari total jumlah penduduk.(www.fajar.co.id)
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !