Saya mungkin hanya orang yang bisa mengkritik tampa bisa memberi perubahan terhadap apa yang saya kesalkan, saya hanya pandai merangkai kata sindiran terhadap sebuah kegagalan, kesalahan, dan kelemahan, itu semua trejadi bukan berarti tampa alasan, alasan penulis hanya satu, hanya di tulisanlah kita bisa mengekspresikan aspirasi tampa ketakutan.
Mamasa yang hari ini sudah mulai dikenal di masyarakat luas dengan aroma mistiknya dan kearifan alamnya bukan pada kemajuan pembangunanya. hal menjadikan saya berpikir bahwa andaikan kekuatan natural kita tidak hidup daerah ini yang menjadi kabupaten beberapa tahun yang lalu sudah ditenggelamkan oleh kemiskinan, homogenitas yang menjadikan daerah ini tetap bertahan hingga hari ini. ini bukan steitmen pesimis akan masa depan daerah namun ini kekhawatiran saat dasar system yang diletakan dengan sangat rapuh dan cenderung monarki, haruskah suara terbanyak yang didengar jika kenyataannya demikian.
Disaat perjalanan saya dari Makassar ke kampung halaman di kecamatan Messawa tepatnya di pintu masuk “Selamat datang” tepatnnya di pasapa di samping gerbang terpampang tulisan besar berwarna merah tertuliskan “ANDA MEMASUKI DAERAH SADAR PAJAK” aku membacanya agak keras hinga penumpang yang lain pun ketawa dan spontan saja aku bilang prettt dan aku langsung bilang sama si sopir kebetulan juga sopirnya masi ada hubungan keluarga, besok ko kasi keluar saja tulisan itu salah tempat kayaknya tu hehe, ini adalah sebuah alur system yang sangat jelas, atribu-atribut yang dipasang pun layaknya sudah betul sinerginya dengan sebuah daerah yang berlabel “kabupaten” namun nasib daerahnya , aku bilang kita telah ditipu lewat atribut Negara yang itu seharusnya bersyarat bagi rakyat yaitu rakyat harus mengerti pajak itu kemana arahnya hingga akhirnya tau bahwa pajak itu akan kembali kepada masyarkat lewat kebijakan-kebijakan pembangunan yang semestinya, bukan seadanya. (what happen)
Sembari menghabisakan waktu libur bersama dengan keluarga, sering juga ngobrol sama teman-teman yah tepatnya sharing-sharing pengalaman, tak lain yang banya dibicarakan adalah seputar pembangunan di mamasa yang begitu lamban dan sangat jauh dari yang disebut disiplin dalam bekerja, sekitar 1 jam kita bercerita tiba-tiba teman saya alumni dari salah satu perguruan tinggi di bali ia bilang ke saya “kawan setelah lulus nanti daftar caleg aja!!!!! saya tertawa keras, yang bertanya pun heran dan ia bilang kenapa ketawa, dan saya pun menjawabnya kawan mental dan finasialku tidak siap untuk jadi caleg, kawan di tempat kita ini benar-benar seleksinya untuk menjadi orang pengendali pemerintahan itu harus benar-benar mapan soal kualitas itu yah paling nomor 2, maka dari itu berbekal uanglah terlebih dahulu biar kemampuanmu bisa kelihatan. kami pun terus bercerita dengan sedikit sentilan terhadap birokrasi yang ada di mamasa, tiba-tiba bapak saya datang dan ikut cerita-cerita dengan kami tak lama kemudian karena orang tua saya juga ternyata mengerti apa yang kami bicarakan akhirnya bapak saya pun bilang dengan bahasa dikampung “pakadanan kela mala dikua paboko manuk tama calon dewan umbai la di tossok toi moiki makka nabokoi, karena itu uang seratus ribu sampai kita juga lupa kalau kita pernah jadi korbanya”yah kira-kira artinya begini “andaikan jika mau di bilang pencuri ayam yang masuk calon dewan mungkin kita juga akan coblos biarpun ayam kita juga pernah dicuri, karena uang 100 ribu akhirnya kita lupa kalau kita juga korbannya” mendengar kalimat itu saya tersenyum dan berkata yah memang inilah potret masyarakaat kita.
Menjadi kuat dalam kelemahan menjadi super dalam kekeliruan merasa terang dalam gelap.Itu artinya tidak ada bedanya menjelaskan kepada masayarakat warna hitam di dalam kegelapan.
Oleh : Fandi
Penulis lahir di Mamasa, putra ke 2 dari 4 bersaudara, saat ini menempu pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana (SLATIGA), S1 Jurusan Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Komunikasi. Aktif di organisasi internal ekstenal, saat ini menjabat sebagai wakil Humas, dan Juga Ketua Jaringan Mahsiswa Sosiologi se_Jawa, Korwil II, Jateng.
Tulisan ini dimuat di Kompasiana: http://birokrasi.kompasiana.com/2013/10/29/potret-singkat-nasib-mamasa-603227.html
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !