Ketika Anak Bangsa Mulai Kehilangan Jati Dirinya
Oleh : Octovianus Danunan
Rupanya bangsa kita sedang terancam saling menghancurkan, justru karena merasa agama kitalah yg paling benar.
Sebagai anak bangsa, tentu ini sangat menyedihkan, karena sebenarnya semua agama itu mengajarkan kebajikan, kedamaian, keadilan, dan harusnya kita saling menolong dan saling mengasihi agar tercipta ketentraman, kedamaian dan menyucikan hati nurani dan pikiran kita, demi membangun bangsa dan negara kita.
Tapi tidak seperti itu di Indonesia, sedikit saja kita beda warna, dalam pandangan, pendapat, idealisme, dalam keyakinan, maka kita saling memusuhi dan saling menyakiti, bahkan kalau perlu saling memusnahkan.
Saya tdk tau, apakah Tuhan yg kita percaya, sebagai penyelamat hidup kita akan menerima amal ibadah kita dengan model berbangsa ekstrim seperti ini ?
Saya lihat gejala seperti itu sedang mengancam ideologi bangsa kita.
Anak-anak bangsa ini sedang saling menghakimi karena mengalami degradasi moral yg hebat. Sungguh jauh dan melenceng dan menyimpang dari nilai perjuangan bangsa, seperti bunyi Sumpah Pemuda, pancasila dan UUD 45 yg mengedepankan toleransi dan falsafah keadilan, kebinekaan dalam keanekaragaman.
Tdk ada lagi berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu. Yang ada, kita saling memaki, saling mencaci bahkan saling menghina.
Katanya kita negara agamis, negara bernafaskan agama seperti dalam dasar negara kita pancalisa.
Tapi nyatanya, kita sepertinya sudah kehilangan pijakan, kehilangan arah bahkan kehilangan martabat dan jati diri.
Mungkin kita tak lagi punya etika, apalagi memahami estetika kehidupan. Kita sepertinya sedang memburu bayang-bayang sesuai fantasi kita masing-masing. Kita hidup bagaikan mengejar ilusi dan fatamorgana yg tak berbentuk dan tak berwujud..
Kita agak sulit membedakan mana yg salah mana yg benar, mana yg baik mana yg buruk, apalagi memahami estetika berbangsa dan bernegara.
Bahkan sepertinya, kita bingung memahami makna dan indahnya ajaran agama yg kita yakini
Saya melihat Isu SARA sedang merasuk sukma anak-anak di negeri ini.
Saya juga melihat di internet, jejaring sosial, justru jauh lebih heboh dan minta ampun sadisnya. Berbagai komentar, entah yg kristen maupun yg muslim sama saja, semua memperlihatkan rasa kebencian dan kesombongan beragama.
Saya tdk menemukan sepenggal kalimat atau satupun komentar yg mendamaikan dan menyejukkan hati sebagai anak bangsa. Yang ada, hanyalah pembenaran atas diri sendiri, kesombongan beragama dan nafsu untuk saling menghancurkan.
Kata-kata bubarkan dan hancurkan, yg justru menghiasi setiap tulisan di internet. Ada juga kata-kata kebencian terhadap org yg dianggap kafir yg menghiasi tulisan di dunia maya. Semua ini hanya saling menyakiti, tdk mendidik dan hanya upaya untuk menebar permusuhan.
Kita sangat sulit menemukan tulisan2 yg mengajarkan kedamaian, kebersamaan dan keadilan. Yang ada adalah fanatisme, egoisme dan permusuhan.
Saya terkesan bahwa komentar itu dilontarkan mereka yg dipenuhi kebencian, emosi dan org-org yg tdk beradab dan tdk menghargai bangsanya.
Seperti dunia ini sdh mau kiamat rasanya melihat perilaku kita dalam berbangsa.
Saya tdk tau bagaimana sedihnya Tuhan melihat anak2nya saling memusuhi, hanya karena soal perbedaan keyakinan.
Kita kadang menyebut dan mengagungkan Tuhan, tapi seperti apa kita meyakini akan kuasa Tuhan dalam hidup kita.Ppertanyaanya sekarang, .benarkah Tuhan mengajar kita saling membenci dan saling memusuhi...?
Saya bukan pendeta, juga bukan Uztads. Tapi saya yakin pendeta dan uztad yg betul2 murni menjalankan agama, tdk akan mengajarkan dan menanamkan tentang kebencian dan menebar permusuhan.
Di China dan di Rusia negara negara yg menganut sistem politik atau idealogi komunisme, tapi tdk seperti di Indonesia, hari2 ribut soal agama ribut soal perbedaan pandangan.
Mereka justru tdk pernah mempersoalkan agama atau idealisme, tapi mereka justru sibuk berkarya, membangun negerinya, agar rakyatnya hidup, tentram dan damai sejahtera.
China membangun negerinya luar biasa, mengajak seluruh negara di dunia ini bekerjasama, termasuk negara2 yg pernah menjajah mereka. Mereka merangkul semua negara untuk membangun bangsanya.
Mereka melupakan luka lama, menjauhkan diri dari rasa kebencian dan dendam dan mengajarkan pentingnya pluralisme bagi generasinya, tdk mengajarkan dan menanamkan kebencian.
Tapi kita di Indonesia berbeda, kita terkesan terlalu sombong dalam beragama dan berbangsa, padahal kita miskin moralitas.
Saya tdk tau, mengapa kita terlalu mudah menebar kebencian, permusuhan bahkan bernapsu saling memusnahkan. Beginikah cara kita membagun bangsa kita ?
Beginikah yg diajarkan agama kita ? Beginikah yg diajarkan pancasila dan UUD 45...?
Mungkin karena pelajaran sejarah kita ada doktrin untuk membenci, membenci Belanda yg katanya penjajah, membenci komunis karena katanya tak ber Tuhan, membenci kolonial, karena katanya ketidakadilan,
Maka kini bangsa kita menjadi bangsa pembenci, pendendam. termasuk membenci saudara sebangsa karena berbeda ideologi dan keyakinan.
Kalau hari raya agama semua libur karena begitu tingginya nilai agama di negeri ini.
Tapi nyatanya, kita selalu ribut soal agama, saling membunuh, katanya karena menegakkan keadilan dan ajaran agama.
Tapi heran juga, ternyata orang beragama juga yg korupsi, memelihara banyak peremppuan cantik, melakukan pemerkosaan, penyekapan, rampok, pembunuhan dan lain lain kejahatan yg berbanding terbalik dengan kesombongan kita memeluk agama....
Saudara-saudaraku, mari kita semua intropeksi diri, benarkah kita sdh mempraktekkan agama kita sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing ? Ataukah kita hanya badud-badut agama yg justru menghambat ajaran agama yg benar dan sesuai kehendak yg Maha Kuasa. SALAM DAMAI. SELAMAT MEMPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA, 28 OKTOBER 2013.
(Penulis adalah ppraktisi media, ppengamat politik dan budaya, bekerja sebagai seorang journalist di Grup Jawa Pos)
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !