SEJARAH Lahirnya KONDOSAPATA 3: ZAMAN PEMETINTAHAN ADAT
Written By Unknown on Jumat, 21 Mei 2010 | 22.50
JAUH sebelum kolonial Belanda masuk wilayah Pitu Ulunna Salu (Kondosapata), komunitas masyarakat di wilayah ini sdh mengenal pemerintahan adat. Mereka tunduk kepada pemangku adat dan sangat menghormati aturan yg mereka buat. Walau diperkirakan belum ada alat komunikasi waktu itu, tapi organisasi yg mereka buat, serta fungsi masing-masing tugas yg disepakati berjalan dan penuh tanggungjawab. Itu dapat dilihat dari pembagian kekuasaan, wilayah dan tugas fungsi masing-masing. Kita sedikit tertolong dengan sejumlah sumber maupun buku yg ditulis senior kita Drs. Arianus Mandadung.
Dalam Grup KONDOSAPATA MAMASA ini, saya pernah kemukakan akan mencoba mengangkat, sejarah KONDOSPATA dalam tiga zaman pemerintahan, yakni pemerintahan zaman pemerintahan adat (sebelum dikuasai kolonial Belanda), Kondospata pada zaman pemerintahan Belanda dan Kondospata setelah pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
KONDOSAPATA' ZAMAN PEMERINTAHAN ADAT
SEBELUM wilayah Pitu Ulunna Salu Karua Ba'bana Minanga dikuasai Kolonial Belanda tahun 1907, konon kabaranya tatanan kehidupan di wilayah ini sangat bersahaja, berwibawah dan rakyatnya makmur. Semua ini kita dapat ketahui dari cerita (fiksi) yg disampaikan orang tua melalui simbol-simbol, istilah, lagu, mauapun sejarah yg telah tertuang dalam bentuk narasi (buku).
Hanya saja saya tdk tahu sejak kapan wilayah pemerintahan adat PITU ULUNNA SALU KARUA BABA'NA MINANGA ini terbentuk, tapi diperkirakan sdh ratusan tahun. Tdk satupun referensi atau fiksi orang tua yg menyebutkan tahun berapa pemerintahan adat kondosapata berawal. Yang ada dalam cerita bahwa wilayah ini dirintis oleh seorang tokoh bernama PONKAPADANG. Selain itu dalam sejarah yg kita bisa dengar dan kita sadur, asal usul, keturunan dan anak cucu Pongkapadang juga tercatat dalam sejarah. Bahkan jauh sebelum Pongkapadang, juga silsilahnya tercatat dalam sejarah. Tapi tdk jelas Tahun berapa Pongkapadang merintis bumi Kondospata saat memasuki wilayah ini, membawa dua orang anaknya (POLOPADANG & TAMALILLIN) membawa gamelan (Padaling) sebagai simbol dia seorang bangsawan) anjing buruan.
PONGKAPADANG mengembara sampai di pesisir pantai Ulu Manda', Mamuju yg kemudian menjadi wilayah kekuasaanya. Juga diceritakan ia menemukan seorang wanita asal bugis Makassar yg ia beri nama TORI JE'NE' (Artinya diambil dari air) Bahasa Makassar TORI (dari) JE'NE' (Air) Dari air. Selanjutnya Torije'ne' dibawah ke Tabulahan dan dijadikan istri. Dari hasil perkawinannya dgn Torije'ne', juga diceritakan Pongkapadang dikaruniai tujuh anak dan 11 cucu. Dalam bahasa asli Kondospata, (DADI TAU PITU, TAU SAPULO MESA).
Ketujuh anak dan 11 cucu Pongkapadang inilah yg konon kabaranya membagi tempat dalam wilayah Pitu Ulunna Salu Karua Ba'bana Minanga, berkembang dan beranak pinak bahkan membentuk komunitas sendiri-sendiri, tapi tetap dalam satu kesepakatan yg adil karena mereka berasal dari satu keluarga yakni turunan Pongkapadang.
Oktovianus Danunan, Pendiri Group Kondosapata
Label:
sejarah
maaf, sbetulnya banyak yg tdk jls dr tulisan di atas, mulai dr pengistilahan Karua Baqba Binanga jg Kondosapata itu.. bila ingin menulis hrus punya referensi yg jls.. bukan hanya dr cerita2 maupun buku2 yg baru diterbitkan krn itu bs sj provokatif dan hdirnya beberapa kepentingan terhadap kelompok tertentu.......... jika di daerah pesisir Mandar kami mengenal yg namanya aksara lontarak yg telah berusia ratusan tahun diperkuat jg cerita turun temurun dr para tetua yg pada penyampaiannya itu disakralkan,. umumnya pd pengkajian sejarah suatu daerah sumber2 seperti itulah yg diambil sbgai rujukan kebenaran,, dlm salah satu lontarak Mandar terpaparkan bgmn persekutuan antara Pitu Ulu Salu dan Pitu Baqba Binanga berikrar atau bersumpah untuk saling menjaga dan saling menguatkan (sipamandar) satu sama lain, dari kata sipamandar atau saling menguatkan itulah maka muncul kata Mandar. baik tau Pitu Ulunna Salu maupun tau Pitu Baqbana Binanga disebut jg orang Mandar atau orang Kuat... jd pengistilahan Kondosapata bg Pitu Ulunna Salu itu tdk pd referensi yg jls, atau bahkan ada proyek tertentu penyebaran konflik di tanah Mandar... sekian.
BalasHapussetuju mas bro...menurut saya kata Kondo Sapata hanya bentukan Belanda untuk melanjutkan politik De vide et Impera ( politik Pecah Belah ) untuk memecah kekuatan Kerajaan Pitu Ulunna Salu yang secara struktural sangat kuat pada masa itu. Ditambah lagi dengan adanya perjanjian Luyo ( Sipamandar ) maka menurut hitung-an Belanda Kerajaan itu dapat sewaktu-waktu bisa memberontak apabila tetap bersatu. Maka satu-satunya cara yang dipergunakan adalah mengangkat Istilah Kondosapata dengan memanfaatkan para pendatang baru di Kota Mamasa dan sekitarnya dengan memperkenalkan istilah baru Konddo Sapata dengan berusaha mengaburkan Istilah Pitu Ulunna Salu.
BalasHapussangat Begitu Baanyak yg Melenceng,Sejak kapan Pitu Ulunna Salu Di Katakan Kondo Sapata,Setau saya kondosapata itu Hanya lah Penamaan Untuk daerah Mamasa saja Tdk Melampau i Ke Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba'bana Binanga.
BalasHapusSampai Saat ini saya dan Kawan-Kawan dari Tabulahan,Secara Pribadi Belum yakin Tentang,Kebenaran Sejarah PUS yang disangkut pautkan dgn Pongkapadang,yang Notabene Cerita Fiktif atau Cerita rakyat,Tanpa adanya Reseach Ilmiah yang Mendukung Kebenaran Sejara Pongkapadang,Kami Hanya Prihatin dengan Generasi Selanjut nya,yang Sama sekali tidak mengerti dan akan Memuja Sebuah dongeng dan Akan Mengakibatkan Kehilangan Jati Diri PUS yang Sebenarnya.Salam dari Kami Anak Tabulahan.
BalasHapussangat Begitu Baanyak yg Melenceng,Sejak kapan Pitu Ulunna Salu Di Katakan Kondo Sapata,Setau saya kondosapata itu Hanya lah Penamaan Untuk daerah Mamasa saja Tdk Melampau i Ke Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba'bana Binanga.
BalasHapusKondo sapata hanya untuk mamasa, tabulahan, aralle, bamba, mambi, rante bulanan, matangnga, mala'bok dan tabang. Kondo sapata secara politik dibentuk sbg suatu kekuatan untuk menghadapi pengaruh kerajaan Bone yg menjadikan messawa sbg perbatasan. Jadi jika ada penduduk dari Kondo sapata mau ke pelewali untuk urusan ekonomi, mereka harus dapat ijin administrasi dari messawa. Jika tidak ada ijin semacam, cap, tak ada jaminan keamanan bagi mereka
BalasHapus