Kees Buijs : Pengantar Buku KUASA BERKAT DARI BELANTARA DAN LANGIT

MO --  Penerbit ININNAWA, Makassar bulan November ini merilis buku terbitan baru mereka, hasil kerja bareng dengan KITLV,  berjudul KUASA BERKAT DARI BELANTARA DAN LANGIT: (Struktur dan Transformasi Agama Orang Toraja di Mamasa, Sulawesi Barat) yang diterjemahkan dari karangan Kees Buijs yang berjudul Powers of blessing from the wilderness and from heaven : Structure and transformations in the religion of the Toraja in the Mamasa area of South Sulawesi. Berikut pengantar penulis pada edisi Indonesia.

GAGASAN untuk memberi perhatian khusus terhadap budaya sukuToraja, khususnya suku Toraja yang bermukim di daerah Mamasa,secara perlahan mengakar pada diri saya selama saya bekerja di Mamasa, Indonesia, dari tahun 1978 hingga penghujung tahun 1982dalam rangka mendampingi gereja Kristen di sana, Gereja TorajaMamasa. Tanpa memiliki latar belakang antropologi, yang hanya bisa saya lakukan saat itu adalah mengumpulkan informasi dengan rekaman dan catatan-catatan. Pada tahun 1990, salah seorang dosen dari Fakultas Antropologi Universitas Utrecht, H. van Dijk, mengunjungi saya dengan mengikutsertakan beberapa mahasiswa yang tertarik mengadakan penelitian di Mamasa. Ia menyarankan kepada saya untuk kuliah antropologi di Utrecht. Saya berterima kasih atas dorongannya itu. Ketertarikan khusus akan Indonesia membimbing saya untuk mengikuti beberapa pelatihan di Universitas Leiden, di mana kuliah-kuliah yang diberikan oleh Reimar Schefold tentang antropologi simbolis secara khusus telah memberi kesan kepada saya dan memberi dorongan untuk melanjutkan perhatian itu dengan cara melakukan penelitian terhadap budaya orang-orang Mamasa.


Tentu saja, tanpa bantuan dari banyak orang di daerah Mamasa tidak akan mungkin untuk meneliti budaya mereka. Banyak informan yang dengan ramah telah menerima saya di rumah mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dan untuk menghubungkan ritual-ritual yang masih ada dalam ingatan mereka dan segala tata cara yang mereka masih ingat dan yang mereka sendiri pernah ambil bagian di dalamnya. Seorang guru, yakni Bapak Nicodemus, secara khusus sangat berjasa membantu memperkenalkan saya kepada para informan juga dalam menjelaskan maksud ketertarikan saya kepada mereka serta menerjemahkan dan mentranskripsikan setiap hasil dari wawancara-wawancara itu. Dengan bantuannya saya dapat berkenalan dengan imam perempuan Indo’ Galo’, yang sering dipanggil Koke, salah seorang toburake yang masih bertahan dan aktif di Mamasa. Keterangan-keterangannya telah memberikan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian saya secara lebih dalam. Hal yang sama juga datang dari Nenek Taulangi’, yang dengan senang hati menceritakan secara detail tentang jabatan istrinya, sebagai seorang imam perempuan toburake sebelum istrinya itu mengalami gangguan pada daya ingatnya.

Banyak lagi orang lain yang telah memberi informasi berharga dan pada kesempatan ini saya hendak mengucapkan terima kasih kepadamereka semua, teristimewa kepada seorang tukang ukir Nenek Pampangarruan, yang telah membuatkan ukiran-ukiran kayu yang indah untuk saya, yang berdasarkan pada pengalaman pribadinya dalam ritual-ritual lama, sebagaimana terlihat dalam sejumlah gambar dalam buku ini dan pada bagian sampulnya.

Lebih dari semuanya yang bisa saya sadari dalam merampungkan studi ini, sungguh saya berutang budi kepada orang lain, teristimewa kepada istri dan anak-anak saya yang telah senantiasa mendukung saya, mendorong saya dan pada akhirnya memungkinkan saya merampungkan tugas ini.

[Kees Buijs]

Kiriman:
Barack Aziz Malinggi'

Bila Anda berminat memiliki buku tersebut, silakan  hubungi Penerbit INNINNAWA di alamat: distribusiininnawa@gmail.com atau 0411-2357627