"Banyak tokoh meramaikan bursa calon Ketua Umum PGI. Siapakah mereka?" Paul Makugoru
MO -- JELANG Sidang Raya PGI pada 17-24 November mendatang, bursa calon ketua umum makin semarak. Beberapa tokoh dikabarkan telah mencalonkan diri dan dinominasikan menjadi ketua umum dari persekutuan oikumenis gerejawi ini. Tampil antara lain Pdt. Dr. A. A. Yewangoe, yang kini men-jabat ketua umum PGI. Lalu ada Pdt. Dr. Richard Daulay, yang kini menjabat sekum PGI. Ada juga tokoh nasional Letjen (Purn) HBL Mantiri dan Pdt. Dr. Margaretha Hendriks yang mewakili kelompok perempuan. “Pencalonan mereka legal, karena sudah diusulkan oleh gereja,” kata Pdt. Manuel E. Rain-tung, Sekum PGIW DKI Jakarta.
Meskipun ada banyak agenda yang akan dibahas dalam Sidang Raya ke 15 di Mamasa, Sulawei Barat itu, tapi wacana tentang siapa yang akan menjadi ketua umum PGI sangat terasa menje-lang persiapan ini. Beberapa pera-turan baru pun dirumuskan. Seba-gai contoh, direncanakan, perio-disasi dan batas umur maksimal calon ketua umum tak boleh lebih dari 65 tahun. Pertimbangannya, PGI membutuhkan orang yang energik, baik dari sisi visi maupun ketahanan fisik.
Nah, bila saja rumusan itu digol-kan – tentu dalam Sidang Raya itu, maka dari nama-nama yang ber-edar, hanya Pdt. Daulay saja yang layak. Pasalnya, Letjen HBL Mantiri misalnya sudah berusia 70 tahun, begitu pun AA Yewangoe (di atas 65 tahun) dan Margaretha Hen-driks. Yang tersisa tinggal Pdt. Daulay yang kini masih berumur di bawah 65 tahun. Tapi itu bila rancangan itu disepakati, bila tidak, maka ramailah ajang pemilihan ketua umum.
Sementara di posisi sekjen, ada sudah ada beberapa nama yang dicalonkan atas nama Sinode, tapi ada yang sekadar beredar. Yang sudah dicalonkan resmi adalah Pdt. Daniel Susanto dari GKI. Semen-tara yang beredar dan yang hingga tanggal ini (26/10) belum secara resmi dicalonkan adalah Pdt. Dr. Erick Barus dan Pdt. Gomar Gultom.
Kader oikumenis
Faktor umur, menurut Pdt. Manuel Raintung, memang bisa jadi faktor penting dalam menggelora-kan dinamika organisasi PGI. Lantaran itu, perlu juga para orang muda dilibatkan dalam kepe-ngurusan inti PGI. “Selama ini, terkesan bahwa yang menjadi pengurus PGI itu adalah orang-orang yang sudah tua, atau tidak memegang jabatan di sinodenya sendiri. PGI membutuhkan orang-orang muda yang punya visi oiku-menis,” katanya sembari menam-bahkan bahwa PGI membutuhkan kader oikumenis yang sudah terbiasa berkiprah dalam relasi kegerejaan dan kemasyarakatan. “Dia harus berani membuat sesuatu yang bukan hanya bagi gereja dia, tapi sudah dikenal dan terbukti sebagai tokoh oikumenis” katanya.
Sebagai mantan Sekum PGIW Jawa Timur dan kini sebagai Sekum PGIW DKI Jakarta, Manuel Rain-tung memberanikan diri mengaju-kan diri untuk mengisi posisi Wase-kum PGI. Ia menjabarkan bahwa tugas Sekum adalah dalam hubu-ngan dengan pemerintah dan luar negeri. “Tugas Wasekum adalah menata manajemen PGI dan mem-bina hubungan dengan angota gereja dan persekutuan-perseku-tuan oikumene,” jelas Ketua Alum-ni STT Jakarta yang mengambil master manajemen dalam bidang SDM di Universitas Surabaya ini.
Berwibawa
Siapa pun yang nantinya terpilih sebagai ketua umum, sekjen dan wasekjen, demikian Manuel Raintung, harus memiliki komit-men untuk membenahi Salemba 10, tempat PGI bermar-kas agar menjadi tempat yang berwi-bawa. “Selain gedungnya, kualitas visi juga harus dipertajam agar kehadiran PGI sebegai mitra gereja dan pemerintah itu betul-betul berarti,” tukasnya.
Kini ada 88 Sinode gereja yang bernaung di bawah PGI. Semen-tara jumlah sinode gereja yang tercatat di Bimas Kristen Protes-tan, Departemen Agama RI ada 323 sinode, yang terdiri dari 9 aras gereja. Selain yang sudah ada dan dikenal selama ini, ada juga Perse-kutuan Gereja Mandiri dan Perse-kutuan Gereja Tionghoa. “Mereka punya visi untuk mendekati masya-rakat. Supaya aman, mereka buat aksi diakonia modern di tengah masyarakat. Tentu ditunjang de-ngan kemampuan finansialnya,” jelas Raintung. @Paul Makugoru. (www.reformata.com )
ngapain bursa calon ketum semarak jika kegiatannnya gak semarak.... emang ini pasar bursa... ini gereja lho
BalasHapusHehehe, nyatanya itulah salah satu daya tarik sebuah kongres...
BalasHapusmemang sudah begitu.... semoga siapapun dapat menerima hasil kongres dengan baik
BalasHapus