KUASA BERKAT DARI BELANTARA DAN LANGIT
Struktur Transformasi Agama Orang Toraja di Mamasa Sulawesi Barat
MO -- Para perempuan lari dari kampungnya malam itu, masuk hutan seraya berteriak dan menanggalkan pakaian. Dalam keadaan kerasukan roh-roh hutan belantara, mereka naik pohon beringin Barana’, dan menari di atas dahannya hingga dinihari. Ritual perempuan itu menjadi salah satu ritual sangat menarik yang diberi perhatian dalam buku ini.
Orang Toraja hidup di kawasan pegunungan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Akar-akar agama tua mereka, aluk todolo, berasal dari masa sebelum agama Hindu dan Agama Buddha masuk di Indonesia sekitar 1500 tahun lalu. Aluk Todolo memiliki ciri-ciri yang berhubungan dengan perbedaan antara unsur-unsur perempuan dan laki-laki. Dalam buku ini, beberapa ritual tua diurai rinci, seperti ritual berburu kepala, ritual naik pohon barana’, dan ritual kesuburan. Begitu pula dengan ritual lain yang terkait kelahiran, pernikahan, dan kematian diberi perhatian, terutama dimana mereka memperlihatkan perubahan-perubahan terkait fokus yang terdapat dalam agama. Dulu dewa-dewa langit bersama dengan para dewa di bumi diharapkan memberkati pelaksana ritual-ritual, sekarang unsur dewa-dewa di bumi hampir tidak ada lagi. Transformasi ke arah langit bersama latar belakangnya diberi banyak perhatian dalam buku ini.
Kees Buijs (1944) pernah bekerja di Sulawesi dalam bidang pembinaan warga Gereja Toraja Mamasa. Di samping melaksanakan tugas di gereja, dia juga mengumpulkan banyak data antropologi agar kebudayaan Toraja Mamasa dapat disimpan dan dianalisa. Sebagai hasil studi antropologi tesisnya dipertahankan di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 2004 dengan Judul Power of Blessing from the Wilderness and from Heaven.
Orang Toraja hidup di kawasan pegunungan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Akar-akar agama tua mereka, aluk todolo, berasal dari masa sebelum agama Hindu dan Agama Buddha masuk di Indonesia sekitar 1500 tahun lalu. Aluk Todolo memiliki ciri-ciri yang berhubungan dengan perbedaan antara unsur-unsur perempuan dan laki-laki. Dalam buku ini, beberapa ritual tua diurai rinci, seperti ritual berburu kepala, ritual naik pohon barana’, dan ritual kesuburan. Begitu pula dengan ritual lain yang terkait kelahiran, pernikahan, dan kematian diberi perhatian, terutama dimana mereka memperlihatkan perubahan-perubahan terkait fokus yang terdapat dalam agama. Dulu dewa-dewa langit bersama dengan para dewa di bumi diharapkan memberkati pelaksana ritual-ritual, sekarang unsur dewa-dewa di bumi hampir tidak ada lagi. Transformasi ke arah langit bersama latar belakangnya diberi banyak perhatian dalam buku ini.
Kees Buijs (1944) pernah bekerja di Sulawesi dalam bidang pembinaan warga Gereja Toraja Mamasa. Di samping melaksanakan tugas di gereja, dia juga mengumpulkan banyak data antropologi agar kebudayaan Toraja Mamasa dapat disimpan dan dianalisa. Sebagai hasil studi antropologi tesisnya dipertahankan di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 2004 dengan Judul Power of Blessing from the Wilderness and from Heaven.
Oleh:
Barack Aziz Malinggi'
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !