Polewali adalah nama kota tempat aku beristrihat di rumah makan tadi, sebuah kabupaten di propinsi Sulawesi Barat. Seperti biasanya, kali ini aku mendapat tugas untuk melaksanakan survei pra Pilkada di kabupaten Mamasa Propinsi Sulawesi Barat. Mungkin masih terasa asing nama daerah itu di benak sobat pembaca. Mamasa adalah sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten Polewali Mandar. Sebelum Sulawesi Barat menjadi propinsi baru dan masih menjadi bagian dari Sulawesi Selatan, Mamasa adalah sebuah kecamatan di Polewali Mandar. Inilah kali pertama pilkada akan dilakukan di kabupaten ini, kebetulan institusiku mendapat proyek survei pra pilkada di kabupaten ini dari salah seorang calon bupati. Dari Jakarta sebelum berangkat, aku berpikir bahwa akan banyak tantangan yang kuhadapi, maklum baru pertama kalinya juga aku mendapat tugas survei di tanah celebes.
Perjalanan menuju ke Mamasa ternyata sangatlah luar biasa. Saat itu maghrib telah merayap menutup senja, mobil yang kami tumpangi mulai mendaki jalan yang berliku-liku dan berkelok tajam, dihiasi dengan tebing terjang dan jurang yang menganga di setiap sisi jalan. Lima kilometer pertama, jalanan yang kami lalui masih relatif lebar dan mulus, selepas itu barulah saya menemukan jawaban dari keanehan, ketika saya bertanya kepada 2 orang yang berbeda mengenai jarak tempuh ke tempat tujuan. Kalau di pulau Jawa, jarak 90 km itu biasanya hanya ditempuh dengan waktu kurang dari 2 jam saja, itupun dengan kecepatan kendaraan yang biasa-biasa saja, tapi diperjalanan ini lain ceritanya, lama perjalanan bisa ditempuh dengan waktu 5 s/d 6 jam, itupun dengan kondisi lancar. Kondisi lancar yang saya maksudkan disini adalah bila tidak ada tebing yang longsor di sepanjang perjalanan, kalau ada yang longsor, bisa dibayangkan sampai berapa hari di perjalanan....hiiiy!!!. Mobil kami hanya sanggup berjalan kira-kira 20 - 40 km/jam. Ini disebabkan karena jalan yang rusak parah dan bergunduk-gunduk seperti mau masuk ke peradaban lain. Mobil lainnya yang berpas-pasan hanya satu dua saja di perjalanan, sungguh saat itu kondisinya menegangkan sekali, takut mobil tergelincir ke jurang atau tertimbun longsoran.
Jam menunjukkan pukul 12.30 dinihari ketika saya mulai memasuki batas kota kabupaten. Tak terasa sudah, saya menempuh hampir 7 jam perjalanan menuju tempat ini. Letih dan tegang sekali badan ini karena di sepanjang perjalanan tidak bisa istirahat secuilpun. Saya dan teman langsung menuju penginapan yang telah disediakan. Ketika turun dari mobil untuk berjalan menuju penginapan, saya merasakan suhu yang sangat dingin di tempat ini. Karena malam dan suasana yang temaram, saya tidak bisa mengamati pemandangan sekitarnya dan diputuskan untuk langsung beristirahat sekalian melemaskan badan yang letih.
"Mas bangun!!, dah pagi nih", begitulah temanku mengguncangkan badanku untuk membangunkan. Sebenarnya aku masih malas untuk bangun karena merasakan tubuh ini yang masih letih ditambah lagi dengan suhu yang dingin sehingga menambah nikmatnya untuk bermalasan. "Wow luar biasa indahnya", gumamku dalam hati ketika pertamakali melangkahkan kaki keluar ruangan. Perbukitan yang berbaris rapi, pohon-pohon cemara dan pinus hijau yang bergoyang ditiup angin, suhu yang sangat sejuk dan sawah ladang yang menghampar luas, sungguh berbalik 360 derajat dari apa yang aku alami semalam. "Mau berendam air hangat gak, yuk kita ke kolam depan", temanku membuyarkan ketakjubanku. "Air hangat?, berendam?" itulah yang terbersit dalam benakku, "dimana shar?, boleh tuh", jawabku lugas. Tak berapa lama kemudian akhirnya saya sudah berendam di dalam kolam, wuih ternyata hangat sekali, kontras dengan suhu yang dingin di luar sana. Di Mamasa ini ternyata banyak sekali kolam-kolam air hangat yang bisa dinikmati free alias gratis dengan airnya yang belum terkena polusi sedikitpun, sungguh suasana yang menakjubkan dan sulit dilupakan.
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !