Misi Rahasia
MO -- Serial berikut mengangkat kisah pendakian dipimpin Mayor Lantang ke Gunung Gandang Dewata yang berahir tragis, hingga kini masih menyimpan tanda tanya menyusul hilangnya sang Mayor dan rekannya Rivai.
Jumat siang, 8 April 2007 sekitar pukul 04.00 WITA, Mayor Latang (Kasi Lidikpam POMDAM VII Wirabuana), Alexander, Rivai dan Azis serta seorang penunjuk jalan dari warga setempat bernama Tandi Minanga alias Ambe Pampang (60), melakukan pendakian ke Gunung Ganda Dewata, Mamasa.
Perjalanan ini berakhir dengan tewasnya tewasnya Azis, dan hilangnya Mayor Latang dan Rivai. Sementara Ambe Pampang selamat, dan Alexander meski lolos dari maut, kondisinya memprihatinkan.
Saat Ditemui wartawan dikediamannya di Desa Tondo Bakaru beberapa waktu lalu, Ambe Pampang bercerita panjang tentang perjalanan latang dkk kegunung yang dikenal keramat ini. Perjalanan yang hingga kini menimbulkan tanda tanya publik sebab sampai sekarang misi perjalanan tersebut belum diketahui pasti. Sebelum berangkat, Ambe Pampang menanyakan terlebih dahulu tujuan ke Ganda Dewata. Namun Mayor Latang tidak mengatakan persis tujuannya dan terkesan merahasiakan sesuatu. Mayor Latang hanya menyampaikan misinya untuk mencari air kehidupan tanpa menjelaskan apa yang apa yang dimaksud air kehidupan itu. Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ambe Pampang menurut dan bersedia menjadi penunjuk jalan. Mereka pun berangkat meninggalkan Desa Tondo Bakaru menuju Ganda Dewata.
Setelah empat jam menempuh perjalanan, mereka tiba di pos 1, Ambe Pampang sempat kaget melihat persiapan mereka. Ambe Pampang khwatir melihat persediaan bekal latang dkk yang seadanya, yakni satu dos mi instan ( 48 bungkus ), 1 kg gula pasir, 3 bungkus biskuit, 1 liter kopi dan tiga bungkus rokok.
Bekal sebanyak ini menurut Ambe Pampang hanya cukup untuk tiga hari sampai 4 hari perjalanan. Padahal untuk sampai ke puncak Ganda Dewata atau pos 10, dibutuhkan waktu sekitar 5-6 hari perjalanan ( belum termasuk perjalanan pulang ). Saat di pos 1 saja mereka sudah menghabiskan 15 bungkus mi instan untuk makan malam dan sarapan pagi.
Ambe Pampang menilai rombongan latang terkesan tanpa persiapan yang matang. Peralatan yang dibawa hanya satu panci kecil dan air minum, tanpa jas hujan, tenda, senter dan peralatan lainnya. Belum lagi kondisi Azis yang kurang sehat ( sesak nafas ). Ambe Pampang sempat meragukan kesanggupan mereka mencapai puncak.
Saat di pos1, Ia kembali sempat beberapa kali mempertanyakan kesiapan rombongan dan menyarankan agar pulang menambah perbekalan dan alat persiapan. Namun setiap kali bertanya Latang selalu menjawab “di atas gunung nanti bantuan makanan akan datang melalui helikopter”, dan menegaskan perjalanan ini harus dilakukan. Latang dkk juga meyakinkan Ambe Pampang kalau mereka siap dan sanggup mencapai puncak. Keraguan Ambe Pampang luluh. Mereka pun melanjutkan perjalanan.
Meski berusaha mengirit, akhirnya bekal mi instan dan rokok hanya cukup sampai di pos 5. kondisi mereka semakin lemah sementara perbekalan hanya tersisa 3 bungkus mi instan. Mayor Latang meminta Ambe Pampang ke pos 9 untuk mengambil makanan. Katanya kepada Ambe Pampang, makanan dibawa melalui helikopter.
Ambe Pampang ke pos 9 dan kembali lagi tanpa hasil. Akhirnya kondisi mereka semakin lemah, terutama Azis yang semakin sepoyongan. Karena 2 hari 2 malam tanpa makan ditambah cuaca yang dingin karena setiap hari turun hujan, helikopter yang ditunggu –tunggu membawa makanan tidak terlihat, air kehidupan juga belum ditemukan. Mereka akhirnya sepakat untuk turun gunung.
Ambe Pampang jalan lebih cepat untuk mengambil makanan. Empat lainnya juga turun menyusul sambil berjalan perlahan. Mereka memperkirakan akan bertemu di pos 5 setelah Ambe Pampang kembali ke gunung dan membawa makanan. Ambe Pampang tiba kembali di desa menjelang Maghrib.
Keesokan harinya Ambe Pampang melaporkan kepada kepala desa dan koramil. Ia sempat kaget sebab pihak koramil ternyata tidak mengetahui perihal keberangkatan Mayor latang ke Gunung Ganda Dewata. Ambe Pampang pun keheranan, sebab ternyata baru mengetahui latang juga tidak melapor ke Daud, warga yang dikenal selalui ditemui pihak yang hendak mendaki gunung, seperti mahasiswa pencinta alam. Daud di kenal dapat berkomunikasi dengan penghuni Ganda Dewata, seharusnya meminta izin kepada penghuni gunung. Minta izin dapat dilakukan dengan perantaraan Daud.
Ambe Pampang mempercayai musibah yang menimpah rombongan Mayor Latang dkk,antara lain, disebabkan tidak memberi tahu Daud mengenai rencana mereka mendaki gunung.
“Mereka itu berani, nekad dan juga takabur. Ini yang ke 25 kalinya saya mengantar orang kegunung, tapi tidak satu pun orang yang berangkat dengan persiapan seperti ini,” ujar Ambe Pampang.
Berselang beberapa hari, Alexander tiba di Desa Tando Bakaru dengan kondisi yang sangat lemah. Tubuhnya kedinginan, luka dan nyaris tak sanggup menggerakkan badan. Ia tidak dapat memberikan informasi apapun. Kedatangan Alexander tidak bersama Mayor Latang, Rivai dan Azis. Mereka kemudian dinyatakan hilang. Warga selanjutnya berusaha mencari mereka. Azis ditemukan tewas sekitar 100 meter dari pos 6 oleh warga dan personil TNI. Sementara Mayor Latang dan Rivai hingga kini belum diketahui rimbahnya.
(www.polewalimandarkab.go.id)
kok bisa ya... memang misterius juga gunungnya
BalasHapusmemang nyata karna saya ikut mencari saat itu
BalasHapusmemang nyata karna saya ikut mencari saat itu
BalasHapusKak, alexandernya ndak bisa kSih keterangan apa apa ka ? Sy bc beritanya katanyaa dia gila pas pulang mendaki
Hapusini saya dapat tawaran untuk expedisi 28 lembah dari eiger video perjalanan selama pendakian...dari membaca artikel ini, cukup misterius
BalasHapusGunung Gandang Dewata adalah gunung misteri, siapa yang berniat jahat yg masuk pasti ada rintangan yg mereka hadapi. Dimana tanah dipijak disitu langit dijunjung. Mksh
BalasHapus